Gak habis fikir saat Review Museum Soenda Ketjil di Eks Pelabuhan Buleleng.
Hai .. Hai Assalamualaikum,
Pagi tadi
saya berkesempatan memiliki waktu luang untuk sekadar berjalan jalan sambil
mencari pakan untuk kucing kucing saya, karena kebetulan memang melewati rute
yang sejalan. Bagi warga Buleleng saya kira sangat akrab dengan Eks Pelabuhan
Buleleng, yah tempat ini dulunya adalah Pelabuhan Perdagangan saat Bali masih
di namakan Soenda Ketjil bersama NTT dan NTB. Sebenarnya museum ini resmi di
buka tanggal 13 Maret 2018 kemarin, namun sayang saya tidak bisa menghadirinya
karena tabrakan dengan jadwal kuliah saya..
Museum
Soenda Ketjil ini menggunakan Bangunan bekas kantor Pabean di Zaman Belanda
dulu, sebelum resmi di jadikan sebagai gedung museum Gedung ini sempat menjadi
Kantor Kelurahan Kampung Kajanan. Bangunan Museum ini diperkiran di bangun
tahun 1920 jadi bila di hitung umur bangunan ini sekarang sekitar 98 Tahun,
tahun 2014 saya sebenarnya pernah memasuki ruangan dari bangunan ini, saat itu
guru Seni rupa saya memberitahu bahwa sedang ada Pameran Karya Seniman Buleleng
jadi saya merasa mungkin Aura ruangannya akan sama dengan yang dulu saya
rasakan.
Jadi perlahan-lahan
saya mulai berjalan memasuki bangunan ruangan, di dekat pintu masuk sebagai
pengunjung kita di haruskan untuk menulis daftar kunjungan, diantaranya di
haruskan menulis nama, asal, maksud kunjungan dan ttd. Namun tadi ketika saya
berkunjung saya sedikit kecewa karena yang menjaga seperti anak anak magang
dari salah satu SMA atau SMK,awal niat berkunjung saya kira,saya bisa bertemu
dengan pengelola dan berkesempatan untuk mewawancarainya.
Bagian depan
ruangan terkesan sangat luas karena penggunaan warna tembok yang putih bersih
dan juga tidak menghilangkan aura bangunan tua dari Pintu pintu besar yang erat
kaitannya dengan gaya arsitektur belanda, di bagian kanan ruangan terdapat
pendopo kecil tepat di depannya disertai
Meja yang diatasnya di tata rapi Miniatur sayur sayuran, buah buah dan ikan yang
memberikan informasi tentang aktivitas perdagangan di pelabuhan Buleleng pada
masa itu. Tepat di samping kanan pendopo
tadi mata saya disuguhkan dengan penampakan peta perdagangan di laut indonesia
pada masa itu.
Setelah puas
saya memutuskan untuk masuk ruang dalam, pada bibir pintu yang berukuran
sekitar 1 meter kurang di berikan pmbatas berupa kayu kayu yang di susun rapi
mengelilingi jalan sekitar 1 meteran,
dan saya benar benar terpesona dengan penataan yang rapi, warna ruangan
yang membuat saya merasa sedang mengunjungi museum luar negeri karena penataan
cahaya yang menurut saya pas. Saya mulai mendekati bagian poster dinding
berukuran 2 meter yang berisi tentang Ragam Wajah Buleleng, yang mengilustrasikan
Etnis Etnis yang meninggali kawasan Bali Utara khususnya Buleleng di sekitar
pelabuhan buleleng ini yang diantaranya Etnis Cina, Arab, Bali,Eropa dan Bugis.
Di sekitar Pelabuhan buleleng beberapa
etnis tersebut bahkan hingga membuat sebuah perkampungan diantaranya yang
terkenal ialah, Kampung Cina, Kampung
anyar yang dihuni oleh warga bali Timur, Kampung Arab, Kampung Bugis, Kampung
Kajanan, dan lain – lainnya.
Lanjut ke
sebelah kiri terdapat ukiran wajah yang saya kurang tau wajah dari Tokoh siapa
karena tidak di berikan penjelasan mengenai siapa ukiran wajah gerangan, jadi
saya lanjut mengamati kesebelah kiri saya lainnya. Disana diletakkan sebuah Relief
yang sangat ciamik dan Unik yang menurut keterangan yang tertera merupakan Relief
orang Belanda yang sedang Mengendarai sepeda namun dalam relief tersebut orang
tersebut digambarkan tengah menggunakan baju daerah setempat, relief ini dapat
di temukan di Pura Meduwekarang.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGpJmsQXdhUoDNh7-4f_VBoBe4rEl9W-XrXtUUkRNrMKuG6gajT5loOluYUuY1b_pVyaFo5mAvEqYvRz8G9ix5U6GY1xPw0f567AgPapONfgHRcdP6SawH7-_Nupjq2wXxUWe2i1n53U6h/s320/IMG_6401.JPG)
Lanjut lagi,
setelah melihatnya saya merasa diajak bernostalgia dengan masa kecil saya dulu,
yah uang kepeng, siapa sih anak anak tahun 90an buleleng yang tidak tahu uang
ini, kebetulan saya dulu pernah punya tapi entah dimana saat ini ia berada, dulunya Uang kepeng ini di gunakan sebagai alat tukar masyarakat dalam
bertransaksi sempat Pemerintah Kolonial Belanda berinisiatif untuk menggantikan
penggunaan Uang kepeng ini dengan Gulden, dengan cara Masyarakat dapat
menukarkan 5 hingga 7 uang Kepeng ini dengan 1 Gulden namun karena alasan
Kereligiusan dan kepraktisan uang kepeng lebih di pilih oleh masyarakat, sebab
lain Uang Kepeng yang merupakan Uang Asal Cina
ini dirasa lebih cocok digunakan untuk Bertransaksi di pasar karena
nilanya yang relatif kecil. sehingga saat masa kolonial belanda Uang Kepeng masih
dianggap sebagai Alat Pembayaran yang sah.
Beralih ke
dinding bagian kiri, kalian akan diajak melihat bagaimana awal-awal Eks Pelabuhan
Buleleng ini di bangun, terdapat beberapa dokumentasi orang orang yang tengah
bekerja membangun pelabuhan, dan duduk duduk di perahu layar juga penampakan
Jembatan di sebelah Kanan jalan masuk Eks Pelabuhan Buleleng.
Kemudian,
saya dibuat tak habis pikir dengan pengelola yang sangat kreatif Mengolah
penggunaan kaca jendela dengan menempelkan foto – foto dari anggota kerajaan
buleleng mulai dari foto Raja Buleleng, Istri dan anak anak beliau, patih, dan
anggota kerajaan lainnya *lupa siapa lagi sih benernya L..
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6Y-QfGP0kEt8JYufrSTVLxc0RE_YieYh752sIbc0Xg_gkZ3qseP5lhCgWBQevsZD2x9ZqYbXK9s5PcmhUpXIdc1w0I4IjgfPSYopF8Rt_95ZwNkA9IegAUa-_HbLkHqGlInggxkQXSz4A/s320/IMG_6415.JPG)
Kemudian saya
serasa ditarik oleh tulisan dalam spanduk potrait berjudul Perlawanan Perang di
Jagaraga, didalam spanduk tersebut diceritakan secara ringkas bagaimana awal
mula perlawanan masyarakat kala itu. Kemudian tepat di bagian samping spanduk
perang di jagaraga terdapat spanduk yang berisi informasi tentang salah satu
pahlawan bali, maybe kamu sering mendengarnya. Yak tidak lain tidak bukan I
Gusti Ketut Jelantik, beliau ini adalah Patih kerajaan buleleng pada masa Raja
I Gusti Made Karangasem. Ia mendapatkan Anugerah Gelar Pahlawan Nasional pada
19 Agustus 1993.
Sebelum lanjut
melihat lihat saya menyempatkan diri untuk mendokumentasikan beberapa benda
yang ada di sana, maybe ini arsip buat kalau saya pernah mengunjunginya hehehe.
Oke lanjut lagi jalan terus kearah barat
kalian akan melihat poster foto gaya vector dari I Gusti Ketut Pudja di bagian kiri
dinding, beliau ini merupakan Gubernur Pertama dan Terakhir dari Provinsi
Soenda Ketjil. Selain foto kamu juga bisa melihat bentuk sertifikat penghargaan
yang diberikan Presiden SBY dalam Penganugrahan Gelar Pahlawan Nasional untuk I
Gusti Ketut Pudja, penganugrahan ini diberikan pada 7 November 2011.
Berjalan ke
arah barat lagi kamu akan diperlihatkan beberapa dokumentasi tentang PPKI mulai
dari sidang PPKI, mungkin kamu heran atau bertanya tanya kenapa ? karena, ada 1
Orang Bali yang turut andil menjadi anggota dari PPKI. Coba
tebak siapa ? kalau kalian tahu silahkan coba jawab di kolom komentar ya ges.
Dan akhirnya
perjalanan kita kebarat mentok juga hahahaha,, di tembok sebelah barat kita di
buat kagum dengan kata kata dari Bapak Proklamator Indonesia yaitu bapak Ir.
Soekarno yang juga berasal dari Buleleng begini nih tulisannya “ Negeri Kita
KAYA RAYA ! Berjiwa Besarlah ! GALI ! BEKERJALAH ! KITA ADALAH SATU TANAH AIR YANG
PALING CANTIK DI DUNIA “ maybe kita atlantis yang
tenggelam lalu muncul kembali bukan sih ? *UNCH
Wajah lain dari soekarno, pengelola juga tak lupa
menyelipkan foto Soekarno yang tengah bersikukuh di pangkuan ibundanya, kerasa
banget kesan kasih sayangnya. *UNCH lagi
Kemudian di samping kanan dari jalan masuk yang juga
berguna sebagai jalan keluar terdapat spanduk besar yang memberikan keterangan
tentang Pesona 3 Rupa Buleleng, Wilayah buleleng menurut tipografi di bagi
menjadi 3 oleh Grader, mulai dari Buleleng Barat, Tengah dan Timur yang maksud
dari pembagian tersebut di harapkan dapat membuat Pemerintah daerah setempat
lebih fokus dengan potensi potensi di masing masing wilayah tersebut. Kemudian selain
itu juga ada beberapa ilustrasi Komoditas Ekonomi Andalan dari Kawasan di Buleleng,
baik itu Tembakau, Kapas, Beras, Kedelai dan Kopi.
Dan sebelum
mengakhiri kunjungan saya di museum ini saya memutuskan untuk mengabadikan diri
but this is so bad wkwk.. padahal nih ya, spot foto selfie yang di sediakan pengelola
museumnnya bagus :’(.. mungkin karena gua jelek kali ya wkwk..
Tapi ini saran yah mungkin sedikit berkomentar juga
mengenai pelayanan penjaga museum, tadi aku pribadi sih ga tau apa emang
sementara menggunakan anak anak magang atau gimana. Awal saya masuk tadi okelah
yang jaga buku Tamu senyum walau agak kaget karena ada yang datang saat dia
sibuk main Hp. Kemudian ada anak magang yang bahkan ga senyum terus sempat
beberapa kali mukanya gua liat manyun, tatapan ga enak ngeliat saya keliling
keliling,, sampai pertengah di bagian spanduk jagaraga itu tuh saya sempet mau
udahan aja karena gak nyaman wkwk.. but tapi keingintahuan saya membatalkan
rencana itu. Kemudian gua kesel karena
di fotoin tapi blur J, terus yang foto bilang “ mba .. mba ini mati “ ga
gimana sih.. bukannya nih ya seharusnya kalau emang dia magang di tempat wisata
edukasi, yang ada spot fotonya dia belajar kek cara foto pakai kamera. Maybe gitu
sih.. seenggaknya ya bisalah make.. and the last gua sedikit kecewa karena gak
berkesempatan ketemu sama pengelola jadi gak bisa bener bener lengkap dapat
ilmunya, dan mana lagi anak anak magangnya keliatan sibuk banget main game atau
cek hapenya terus, maksudku macam gak ada niatan itu ngarahin mungkin sedikit
jelasin yang mungkin mereka lebih tau dan lagi mereka cenderung kaku ketemu orang yang datang.
Mungkin ini dulu tulisan saya tentang salah satu
museum di Bali Utara, next saya akan coba Review Museum Museum Sejarah lainnya
di Buleleng.
Salam
Mbkfah
maybe ini mungkin beberapa dokumentasi yang tadi sempat saya abadikan..
0 komentar