Pendekatan Bahasan Seni (Materi 6)
Pendekatan Bahasa Seni (Materi 6)
1. Pendekatan Antropologi (Ilmu Manusia) yang
mengatakan bahwa Seni merupakan Penanda keberadaan Manusia
2. Pendekatan Sosiologi (Ilmu Sosial) mengatakan
bahwa Seni berpengaruh secara faktor Sosial, karena seperti yang di ketahui
bahwa, manusia merupakan makhluk Sosial. Yang tidak bisa hidup sendiri
3. Pendekatan Psikologi Seni adalah Prilaku manusia
atau Sikap Manusia
4. Pendekatan Ekonomi contohnya Industri Kreatif
5. Pendekatan Teknologi. Seni selalu mendahului
Teknologi.
Pendekatan Bahasan Seni Rupa
Pendekatan Antropologi
Yang diartikan sebagai Ilmu Manusia, antropolog
mengatakan bahwa seni adalah sebagai penanda Zaman, para Antropolog tidak
pernah memilah bahasan seni rupa berdasarkan kelompok utama remeh atau kelompok
murni tetap,karena menurut antrolog Kegiatan seni adalah bagian dari kegiatan
Manusia. Bahasan para antrolog tentang arts,seni,seni rupa ini terutama lebih
memperhatikan bentuk, tekhnik pembuatan, motif hias,dan Gaya atau Style (Menurut Koenjraningrat 1990:380)
Adapun buku yang lebih khusus menjabarkan tentang
seni rupa dengan pendekatan antrolog adalah buku dengan judul The Anthropology
of Art, yang di susun oleh Robert Layton tahun 1981, didalam buku ini terdapat
bahasan pembicaraan seni Primitif yang langka di singgung oleh “ Senirupawan”
apalagi menyinggung tentang Seni Primitif bangsa bangsa Eropa dengan bahasan
yang cukup mendalam. Ada Seni Primitif dari Indonesia yang juga di bahas dalam
buku ini yaitu Seni Asmat. Adapun benda benda seni rupa yang bahas oleh Layton
adalah Lukisan di Gua, rumah,palet,patung, ukiran mini,topeng, piagam,
keranjang, hiasan tubuh, hiasan kepala,jimat,kotak minuman,kapak,terompet,dan
bejana.
Ada satu buku seni rupa indonesia yang disusun oleh
Frits A. Wagner yang berjudul Indonesian the Arts Of Island Group tahun 1959,
buku ini mencangkup bahasan seni rupa Indonesia dengan Latar Belakang Pendekatan
Sejarah,Sosiologi,dan Agama,
Setiap Negara memiliki ciri Akuan tentang Seni
(Rupa) meminjam istilah pengelompokan
Seni Rupa Barat, hal tersebut sangat erat kaitannya dengan Latar Belakang
sistem Nilai dan kaidah Budaya yang berlaku pada suatu negara. Bangsa indonesia
masih perlu belajar untuk bersikap adil , bijak dan demokratis dalam menanggapi
hasil olah pikir, rasa dan kesadaran lingkungan masyarakat indonesia sendiri. Adanya
pemisahan antar pekota- pedesa, terpelajar – tak terpelajar, seniman – perajin,yang
tujuannya membedakan penghargaan terhadap pekarya seni rupa, tidak menampakkan
sila Persatuan Indonesia padahal yang membangun Negara Indonesia bukan hanya
Pekota, atau orang terpelajar saja melainkan banyak para pelaku “seni remeh “
atau orang kecil yang tidak kalah peranan nya menegakkan tiang Ekonomi Negara!.
Seperti apakah perhatian pemerintah Indonesia
terhadap benda benda karya hasil Masyarakat kita ? ketika Karya Batik dan Reog
Ponorogo, atau lagu Rasa Sayange, kemudian Tari Pendet di Klaim oleh negara
Lain, contohnya Malaysia , tidak ada pergerakan besar yang di lakukan oleh
pemerintah untuk sekadar menanggapi keresahan Masyarakat Seni Indonesia. Hingga
saat ini pun pemerintah belum menempatkan Pelajaran Seni sebagai Pelajaran
Penting dalam sistem pendidikan Indonesia padahal kegiatan seni adalah kegiatan
atau aktivitas Masyarakat Indonesia Sehari hari bahkan hasilnya sudah di
menjadi Ekspor andalan negara ketika Minyak Gas tidak lagi menjanjikan
pemasukan Devisa untuk Negara.
Seni dengan Pendekatan Sosiologi
Bouman, menunjukkan bahwa para sosiolog menunjukkan
perhatian dalam bahasan Seni yakni mengenai
1. Sampai Seberapa Jauhkah Ciptaan Seniman
menunjukkan Pengaruh terhadap Sosial ?
2. Gema Sosial Ciptaan Seni
3. kedudukan Seniman dalam Masyarakat
4. Bagaimana Masyarakat danpat menghargai,
menyebarkan, mengumpulkan hasil hasil Seni.
Sosiologi Kesenian dapat memberi gambaran tentang
keadaan keadaan yang menyuburkan tumbuhnya beberapa pernyataan seni tertentu,
akan tetapi tidak pernah menerangkan bagaimana terjadinya bentuk bentuk Seni.
Ia harus membatasi diri pada penyelidikan kesenian sebagai Eksponen kesatuan
jiwa kelompok, dengan tidak ada hak untuk ingin mengetahui hingga proses
psikologi yang terjadi pada tiap Seniman. ( Meskipun mewakili pemikiran
Kelompok). Gaya, aliran atau isme tidak menjadi bagian dalam kajian Sosiologi
Seni. Karena itu semua sudah menjadi bagian kajian sejarah Kesenian. Adapun
yang di kaji oleh pendekatan Sosiologi adalah Latar belakang keadaan masyarakat
sebagai lingkungan Seniman berada, yang mempengaruhi kelahiran suatu Gaya.
Seni dengan Pendekatan Psikologi
Di dalam pendekatan Psikologi kajian Seni yang di
bahas cenderung berupa kajian estetis yang di kaitkan dengan perilaku dan
pengalaman manusia dalam pengolahan , penikmatan ataupun pengaruh seni. Para psikologi
mengenal 2 bentuk pendekatan Psikologi yakni pendekatan Gestaltsim( The
Psychologhy of Vision, Psikologi Serapan ) dan Psikologi Analitik ( lebih
membahas tentang Seni Modern)
Menurut Gustav Jung ada beberapa Konsep Sikap yang
dirumuskan, diantaranya
1. Konsep Arketif (Archetype) yaini konsep
Universality atau konsep Keduniaan manusia
Dalam pengalaman
nyata dan Imajinasi. Ia juga menggambarkan istillah arketif ini
Sebagai gambaran
Rohanian dari dorongan- dorongan naluri jasmaniah atau Raga.
2. Konsep Ego dan Self, Ego lebih kepada identitas, batas dan Kemampuan seorang.
Adapun Self lebih kepada rasa tanggung jawab terhadap
pengalaman simbol – simbol
yang utama,
perasaan dan kesadaran,
3. Konsep Individuation, yaitu kemampuan memadukan
sejumlah aspek proses kesadaran ,
Ketidaksadaraan
dan hayalan yang membimbing seseorang kepada kesadaran di luar
Ego(
kesadaran transendental) yang bukan hanya sekadar pengalaman keunikan individu
0 komentar